Kota mana sajakah yang rentan terhadap korban gempa ?
Dibawah ini daftar 20 kota yang paling tinggi risiko gempanya menurut GeoHazards International’s study of ‘Cities Vulnerable to Earthquake’ yang dicatat oleh Pakde yang ahli Geologi. Kota-kota dengan jumlah kemungkinan korban terdampak itu adalah :
- Kathmandu, Nepal: 69.000 Sebuah studi oleh GeoHazards Internasional memperkirakan gempa berkekuatan 6,0 akan membunuh sekitar 69.000 orang. Di kota ini pertumbuhan penduduk sekitar 1 juta, kabupaten yang paling padat penduduknya di Nepal.
- Istanbul, Turki: 55.000 Sebuah gempa besar akan membunuh 55.000 diperkirakan di kota ini yg penduduknya 10 juta. Kota ini berada di persimpangan lempeng tektonik Eurasia. Gempa tahun 1999 Kocaeli menyebabkan 18.000 mati dan ribuan lainnya kehilangan tempat tinggal.
- Delhi, India: 38.000 Hampir 14 juta orang tinggal di Delhi, sebuah kawasan luas lebih dari 500 mil persegi. Sebuah gempa berkekuatan 6,0 di sini diperkirakan akan membunuh 38.000 jiwa.
- Quito, Ekuador: 15.000 Sebuah pukulan gempa berkekuatan 6,0 pada Quito pegunungan yang berpenduduk 1,8 juta orang, akan membunuh diperkirakan 15.000. Sebuah gempa pada 1797 menyebabkan jumlah meninggal sebanyak 40.000. Pada bulan Oktober 2006, gempa 4,1 melanda kota tanpa menyebabkan kerusakan besar. Sebuah ancaman yang lebih besar: gunung berapi. Kota ini dikelilingi oleh gunung api dan satu ancaman besar pada satu gunung aktif .
- Manila, Filipina: 13.000 Dengan 1,6 juta orang berdesakan dalam sekitar 15 mil persegi, Manila merupakan salah satu kota terpadat di dunia. Sebuah gempa 6,0 di sini akan membunuh sekitar 13.000 orang.
- Islambad / Rawalpindi, Pakistan: 12.500 Sebuah gempa 6,0 di ibukota Pakistan, yang berpenduduk 1 juta orang, diperkirakan akan membunuh 12.500 orang.
- San Salvador, El Salvador: 11.500 Dengan luas 220 mil persegi sebagai Ibu kota negara, berpenduduk sekitar 2,2 juta orang, telah menjadi situs berbagai gempa bumi sepanjang sejarahnya, terakhir pada tahun 2001. Sebuah gempa berkekuatan 6,0 diperkirakan akan membunuh 11.500 jiwa.
- Mexico City, Meksiko (dengan San Salvador): 11.500 Luas kota ini 220-mil sebagai Ibu kota negara, berpenduduk 2,2 juta orang, telah menjadi situs berbagai gempa bumi sepanjang sejarahnya, terakhir pada tahun 2001. Sebuah gempa berkekuatan 6,0 diperkirakan akan membunuh 11.500 jiwa.
- Izmir, Turki (sama dengan San Salvador dan Mexico City): 11.500 Kota ini berpenduduk sebesar 3,5 juta orang, terletak di persimpangan lempeng Afrika dan lempeng tektonik Eurasia, adalah kota ketiga-terbesar di negara ini. Sebuah gempa 6,0 di sini akan membunuh 11.500 orang diperkirakan.
- Jakarta, Indonesia: 11.000 Kota ini memiliki populasi sebesar 18.400.000 dan diperkirakan pada tahun 2.025 akan memiliki jumlah penduduk 24.000.000. Sekitar 11.000 orang diperkirakan akan terancam jiwanya jika terkena gempa bumi 6,0 di sini.
- Tokyo, Jepang: 9000 Sejumlah 9.000 orang diperkirakan akan terbunuh jika gempa 6,0 melanda kota yang berpenduduk 8 juta orang ini, Kota ini merupakan kota metropolis yang paling rentan terhadap gempa di Dunia. Gempa besar telah melanda kota beberapa kali: 1703, 1782, 1812, 1855 dan 1923. Bencana 1923, gempa berkekuatan 8,3, menewaskan lebih dari 140.000.
- Mumbai, India: 8.000
- Guayaquil, Ekuador: 4.300
- Bandung, Indonesia: 3600
- Santiago, Chili: 2.700
- Tashkent, Uzbekistan: 2.500
- Tijuana, Meksiko: 1.800
- Nagoya, Jepang: 900
- Antofagasta, Chili: 800
- Kobe, Jepang: 300
Penelitian diatas dibuat tahun 2008, menunjukkan dua kota di Indonesia yaitu Bandung dan Jakarta.
Meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk
Tahun 2004, Brian E. Tucker dari GeoHazards memperingatkan masalah akan menjadi lebih buruk, mengutip sebuah studi dari korban gempa diperkirakan berdasarkan pertumbuhan penduduk dan perubahan konstruksi di India utara. Salah satu penemuan yang menakutkan antara lain apabila terjadi sebuah gempa berkekuatan 8,3 di Shillong mungkin membunuh 60 kali lebih banyak orang tewas (walaupun kekuatan gempanya sama yang melanda pada tahun 1897). Meskipun penduduk wilayah ini meningkat hanya sekitar delapan kali sejak saat itu. Hal ini disebabkan karena pergantian konstruksi rumah bambu satu lantai berubah menjadi struktur beton bertingkat, kualitas bangunannya buruk, sering berada di lereng yang curam.
Jangan hanya melihat satu berita yg mendominasi
media.
Pengamatan selintas di Jogja dan
juga padang terlalu di dominasi oleh runtuhnya gedung BPKP dan
STIE (Jogja) dan Hotel (Padang). Namun statistiknya justru memperlihatkan
korban banyak yang tertimpa musibah ini justru dirumah atau di lingkungannnya
sendiri. Kalau memang penelitian dan
pengamatan diatas itu benar, maka sasaran utama mitigasinya bukan hanya pada
pemilik-pemilik gedung. tetapi justru masyarakat awam yang memiliki risiko
lebih besar. Lagipula pemilik-pemilik gedung ini sudah akan dengan sendirinya
memberikan services ke tenant-tenant (penyewa) ruangan gedungnya. Juga gedung
ini dibangun dengan IMB yg relatif lebih memadai ketimbang bangunan rumah
tinggal. Sekali lagi kalau berhubungan dengan pendanaan
dan alokasi dana mitigasi, semestinya lebih cenderung mengutamakan perbaikan
atau penjelasan ke rumah milik masyarakat awam didaerah yang paling
padat.
*Refrensi
: