Catatan Fajarbaru di media Kompasiana ini sangat menarik untuk kita cermati, bahwasannya manusia terhadap alam tidak bisa dipisahkan. Namun kita sebagai penghuni alam ini kurang peduli dengan alam yang ternyata banyak memberi penghidupan kepada semua penghuninya. Apakah yang ada pada kita yang tidak berasal dari alam? Semua yang ada pada tubuh kita berasal dari dan terbuat dari alam sebagai tanda bahwa alam menyelimuti kita dengan kasih sayang. Tapi, setiap hari juga kita membuang ke alam semua barang atau hal sisa yang kita ambil, terima bahkan curi darinya. Sangat jelaslah kita mengambil dari alam dan membuang ke alam tanpa meminta persetujuannya, dan tanpa berterima kasih atau meminta maaf kepadanya.
Coba bayangkan, jika pada saat ini, alam mogok tidak mau memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan, jika ia marah dan mengambil semua yang apa yang telah kita ambil atau curi darinya, atau jika ia tersinggung dan jengkel mengembalikan semua apa yang telah kita beri atau kita buang kepadanya? Apa yang akan terjadi?
Manusia belum puasa dengan menikmati apa yang telah diberi oleh alam secara cuma-cuma, belum puas dengan apa yang dia ambil atau curi dari alam, belum puas dengan apa yang dibuangnya ke tengah alam, mereka pun sibuk bertengkar demi memperebutkan alam. Perang tanding antarwarga, suku, atau negara soal batas kepemilikkan tanah, sungai, laut dan semua isinya adalah tanda bahwa terhadap alam, manusia tidak tahu diri, tidak tahu berterima kasih.
Manusia ingin mendominasi dan menganggap alam sebagai objek: seringkali kita mendengar orang berkata: "ini tanah milik saya," ia tak pernah menyadari bahwa ia dimiliki oleh alam. Yang lain berkata: "ini tanah tumpah darahku," padahal darahnya itu ada karena air, sayur, buah, dan lauk-pauk hasil dari alam. Dia menambahkan lagi kata tumpah, tumpah darah, padahal yang sering dia tumpahkan setiap hari bukan darah, tetapi ludah, ingus, hasil atau sisa air yang dia minum dari ampas sayur, nasi, daging, dll yang aslinya dari alam. Semuanya dari alam.
Tidak sedikit manusia yang melubangi alam untuk mengambil apa yang diinginkannya. Dia tidak sadar bahwa ia melubangi alam dengan alat-alat yang berasal dari alam juga. Pada saat ia melubangi alam, dia makan dan minum dari alam. Dia tidak menyadari bahwa ia pun selalu menetek dari alam. Alam memberikan ASI yang lebih berkualitas dari susu, secantik atau seganteng apapun bintang iklannya. Manusia tidak sadar ketika ia berjalan ia dijunjung oleh alam, ketika ia duduk ia dipikul oleh alam, ketika ia tidur ia dipangku oleh alam, ketika ia mandi itu dibersihkan oleh alam, ketika ia sembuh dari sakit ia dilahirkan kembali oleh alam.
Sekedar kisah ilustrasi. Suatu hari seorang petani yang sedang memotong bambu untuk dijadikan pondok di kebunnya, bertanya kepada alam: "apakah Anda memiliki pikiran, perasaan, keinginan dan kesadaran?" Hening tanpa jawaban. Ia terus bertanya bahkan berteriak. Gema suara tanyannya dipantulkan oleh bukit, lembah, dan pegunungan, dan terdengar jawaban dalam ruang batinnya:
"Anda, manusia memiliki kesadaran bahwa saya penting untuk Anda, dan karena itu, Anda berpikir, bekerhendak, dan merasa penting untuk memiliki saya. Anda ingin berperang karena memperebutkan saya. Karenda Anda merasa memiliki saya, maka Anda dipenjara, sebab Anda merasa memiliki dan menguasai apa yang tidak Anda ciptakan. Tetapi ingatlah, bahwa saya tidak pernah merasa dimiliki oleh Anda, saya bebas, dan saya pun tidak pernah merasa memiliki Anda! Lihatlah! Surat jual beli, tinta, stempel, dan kantor yang mengurus tanah, semuanya dari saya . Anda berperang demi saya, alat-alat yang Anda gunakan untuk berperang dari saya. Anda mati, saya menerima mayat Anda, entah dibiarkan tanpa terkubur, entah dikuburkan, entah dilarung ke laut, entah dibakar dan dihaluskan dalam mesin. Semuanya saya terima! Wahai , engkau, manusia, kapan Anda menerima saya tanpa merasa memiliki saya?
Ketika manusia mencoba hening di hadapan alam, alam adalah guru untuk cinta kasih dan segalanya. Alam adalah dia yang memberi tanpa mengharapkan imbalan, alam adalah dia yang memberikan dirinya tanpa pretensi apapun, ia selalu membuka dirinya untuk diambil dan dimanfaatkan. Alam adalah anggota keluarga kita, sanak saudara dan saudari kita. Melukai alam berarti melukai saudara-saudari kita, bahkan melukai diri kita sendiri.