Saatnya PENDAKI, Bebaskan Gunungmu Dari Sampah


Mengapa sejumlah gunung populer di negeri ini penuh sampah? Jawabnya simple, banyak Pendaki, Pecinta alam yang buta, bahkan tidak peduli konservasi. Enggan membawa turun sampah yang hanya bungkus permen, snack, mie instan, dan kaleng atau botol plastik minumnya sendiri. Seenaknya meninggalkan sampah begitu saja  di gunung, yang akhirnya menjadikan gunung  sebagai tempat sampah raksasa tertinggi.
Detik ini berpartisipasilah bebaskan gunung dari sampah. Hal inilah saya ingin berbagi catatan Forum Hijau di jejaring sosialnya. Tugas menghapus kebiasaan menjadikan gunung sebagai tempat sampah tertinggi di negeri ini atau di daerah sendiri, bukanlah petugas kebersihan atau pengelola Taman Nasional, melainkan kita sendiri selaku pendaki. Diawali dari diri sendiri tentunya hal ini tidak sulit, beberapa langkah membebaskan gunung dari sampah sebagai berikut :
  1. Meminimalis Logistik Plastik
    Sampai saat ini memang belum ada larangan membawa logistik berbungkus plastik, kaleng, dan lainnya saat mendaki gunung. Tapi bukan berarti seenaknya membawa bahan-bahan yang sulit lebur dengan tanah itu sebanyak mungkin.

    Alangkah bijaknya mengurangi jumlah logistik yang mencemarkan alam itu dengan logistik ramah lingkungan.
    Contoh pada hari pertama pendakian bila berangkat pagi setelah sarapan, bawalah bekal untuk makan siang dan malam dengan nasi timbel atau lontong berbungkus daun pisang ditambah menu sesuai selera yang tidak cepat basi. Cara ini bukan cuma ramah lingkungan, pun lebih efisien karena tinggal memasak air untuk membuat minuman penghangat.

    Bila membawa mie instan dalam jumlah besar, sebaiknya bungkusnya tidak perlu dibawa mendaki, kecuali bungkus bumbunya. Isinya disatukan dalam satu kantong plastik berikut bumbunya.

    Lebih baik membawa minuman kotak dibanding kaleng, karena sampah minuman kotak lebih mudah lebur dan ringan dibanding kaleng. Tapi tetap saja kotak dan sedotannya harus dibawa turun. Kurangi membawa minuman air mineral dan lainnya dalam kemasan botol plastik dengan cara membawa wadah air yang praktis dan dapat dipakai/diisi berulang-ulang.

  2. Turunkan Sampah Sendiri
    Biasakan dalam setiap pendakian menyediakan wadah khusus untuk menurunkan sampah sendiri dan kelompok mulai dari yang kecil seperti bungkus permen, bekas pembalut (bagi cewek) sampai yang paling besar seperti bivak atau ponco yang robek. Wadah khusus sampah kelompok harus kuat agar ketika dibawa turun, sampahnya tidak tumpah atau tercecer.

  3. Gunakan Tenaga Bantuan
    Bila keberatan menurunkan sampah sendiri ataupun kelompok, gunakan tenaga bantuan khusus untuk menurunkannya. Misalkan porter khusus mengangkat logistik dan menurunkan semua sampahnya. Tentu butuh biaya tambahan untuk itu.

  4. Briefing Sadar Konservasi
    Pimpinan pendakian kelompok kecil maupun massal yang diorganisir oleh organisasi pecinta alam maupun komunitas, harus memberikan briefing sadar konservasi kepada seluruh pesertanya. Dan mewajibkan setiap peserta menjaga kelestarian gunung, minimal dengan menurunkan sampah sendiri.

  5. Tidak Buang Sisa Makanan di Mata Air dan Alirannya
    Sisa makanan seperti nasi, mie, dan lainnya sebaiknya dipendam dengan tanah jauh dari sumber air. Jangan didiamkan begitu saja. Jangan mencuci perlengkapan masak di mata air apalagi buang air besar dan kecil. Ambil air di sumbernya lalu cucilah perlengkapan masak di tempat yang agak jauh, begitu juga bila berak dan kencing

  6. Tidak Bakar Sampah di Gunung
    Selain merusak dan meninggalkan bekas yang tak sedap dipandang mata, membakar sampah di gunung juga rawan kebakaran hutan. Ini sudah kerap terjadi di beberapa gunung. Jangan pula sembarang membuang putung rokok di semak belukar terlebih pada musim kemarau. Jalan terbaik, bawa turun sampah sekecil apapun.

  7. Tidak Bertindak Vandalism
    Cukup tinggalkan jejak langkah, bukan coret-coretan di batu, kayu, maupun di pos/shelter pendakian. Cukup ambil/rekam gambar, bukan ambil fauna dan flora milik hutan gunung. Tak perlu menuliskan nama dan kelompok di gunung hanya untuk sekadar membuktikan kalau sudah sampai di puncak tertinggi. Coretan hasil vandalism yang bukan pada tempatnya itu sungguh merusak pemandangan.

  8. Mengecek Logistik Pendaki
    Biasakan setiap pendaki membuat list logistik pendakiannya. Sedangkan pengelola gunung dalam hal ini petugas taman nasional harus mengecek list tersebut di kantor ataupun basecamp titik awal pendakian, dan mewajibkan setiap pendaki menurunkan sampah dari logistiknya.

  9. Patuhi Aturan dan Sanksi Tegas
    Senantiasa mengindahkan aturan yang berlaku. Pengelola gunung harus memberi sanksi tegas kepada pendaki perorangan maupun kelompok yang terbukti tidak menurunkan sampahnya sesuai list logistiknya ataupun melakukan tindak vandalism. Sanksinya bukan cuma larangan mendaki lagi ke gunung tersebut dan gunung lainnya selama periode tertentu, tapi juga membayar denda berupa uang untuk biaya operasional pengangkutan sampah tersebut.

  10. Tebus 'Dosa' dengan Aksi Bersih Gunung
    Bila sebelumnya pernah melakukan dosa membuang sampah di gunung sekecil apapun itu, tebuslah dengan melakukan aksi bersih gunung saat mendaki gunung itu lagi. Bagi komunitas pendaki baik komersil maupun non profit, sebisa mungkin melakukan aksi bersih gunung dalam setiap pendakian massalnya. Jangan hanya jadi ajang pelampiasan ambisi pribadi ataupun usaha menarik keuntungan semata. Alangkah bagusnya diiringi dengan kegiatan bernilai konservasi minimal bersih gunung atau melakukan reboisasi dan lainnya.

  11. Sebarluaskan Aksi Green Climbing
    Pemahaman tentang green climbing mountain harus disebarluaskan kepada pendaki pemula maupun kelompok pecinta alam baru lewat milis, jejaring sosial, diskusi, pendidikan dasar kepecintaalaman di sekolah, kampus, dan lainnya. Tanamkan kesadaran bahwa hutan, gunung, dan isinya adalah harta tak ternilai, investasi masa depan untuk kehidupan generasi berikutnya.
Bila beberapa langkah di atas diindahkan setiap pendaki, terutama pada poin nomor 2, rasanya gunung-gunung populer sekalipun padat pendakinya, bisa terbebas sampah.

Berprospek Cerah
Perlu diketahui, gunung-gunung di negeri ini pun menjadi tujuan obyek wisata petualangan yang berprospek cerah karena kian diminati pendaki mancanegara. Bila dikelola dengan baik, ke depan obyek ini berpeluang menjaring pendaki mancanegara dalam jumlah yang lebih besar.
Bila semua gunung populer kita bersih, asri, dan lestari, pasti pendaki asing akan senang dan puas, lalu memberikan citra positif dan menceritakan ke rekannya sesama pendaki.

Sebaliknya bila kotor, bisa jadi bumerang. Mereka akan menginformasikan betapa joroknya prilaku segelintir pendaki kita hingga mungkin bisa membuat mereka enggan mendaki lagi atau pendaki asing lainnya pun mengurungkan niatnya mendaki.
Ingatlah prilaku jorok kita di gunung, dapat merusak imej seluruh pendaki di mata dunia. Nah, detik ini juga lakukanlah Green Adventuring, Green Mountaineering dalam setiap petualangan dan pendakian.