Gunung-gunung sebagai pasak


Dunia adalah tempat makhluk hidup untuk berkembang biak dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Keberadaan alam di dunia adalah untuk keperluan dan kebutuhan umat-NYA. Humanisme tidak akan lepas dari rasa membutuhkan terhadap alam dan sumberdayanya, bahkan alam telah memberi manfaat bagi kelangsungan hidup manusia, seperti air, pohon pohon yang kayunya untuk kebutuhan memebangun rumah dan lain sebaginya. Rasa membutuhkan terhadap alam oleh manusia begitu besar hingga manusia ketergantungan dengan sumber daya alam. Manusia dan alam semesta adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan. Dengan adanya alam ini manusia adalah sebagai Khalifah (pemimpin) dan penanggung jawabnya untuk menerima amanah dari Allah untuk memeliharanya, namun banyak manusia yang serakah, zalim dan bodoh, 

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (QS. 33 : 72) 

Pernahkah kita berfikir untuk apa Allah menciptakan gunung gunung dengan tinggi menjulang nan indah di pandang mata dengan di hiasi bintang bintang bercahaya di langit.

“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata”(QS. 50 :7) 
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya),” (QS. 15 :16) 

Inilah bukti kekuasaan Allah meliputi segala penjuru alam semesta, Allah menciptakan gunung-gunung dengan berbagai isinya serta manfaatnya dan dapat kita rasakan saat kita berada di puncak gunung, sebenarnya kita adalah kecil dengan segala nikmat Allah yang di curahkan untuk kita. Di puncak gunung kita dapat melihat hamparan pemandangan yang luas dan indah hingga mata kita tak sanggup memandang luasnya alam ini. Kita hanya mampu melihat pemandangan yang berada di depan mata kita. Inilah dimana tidak semua orang bisa menikmati kesengsaraan mendaki gunung dan menikmati keindahan di puncak gunung. 

“Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh,” (QS. 79 : 32)
“dan gunung-gunung sebagai pasak?,” (QS. 78 : 7) 
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk,” (QS. 16 : 15)
“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (QS. 13 : 3) 
“dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?” (QS. 77 : 27) 

Manusia adalah yang berperan penting dengan kelestarian alam serta keseimbangan ekosistem, menjaga dan melestarikan alam agar tetap menjadi penghidupan dan SDA dapat kita nikmati untuk memajukan SDM menjadi lebih produktif. Berkegiatan di alam bebas adalah sebagai bentuk kita mempelajari akan pesona kekayaan alam dan gunung dengan berbagi jenis flora dan fauna. Kegiatan di alam bebas dapat membentuk jiwa yang mandiri, mendapat pengalaman baru dan salah bentuk mensyukuri kebesaran Allah dengan di ciptakannya alam gunung yang indah ini. Mendaki gunung adalah menikmati kesengsaraan, lapar, letih, dingin dan kadang putus asa karena kehujanan, di terjang badai, namun semua itu tidak semua orang bisa menikmatinya akan keindahan pemandangan yang terbentang luas nan indah saat kita sukses di puncak gunung.
Gunung yang tinggi dan kokoh nampak indah ini saat mata kita memandang kelihatan diam tak bergerak, inilah ketidakmampuan kita merasakan akan kebesaran dan kekuatan Allah. 

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 27 : 88) 

Allah menciptakan gunung-gunung di alam ini tidak semata hanya di tancapkan saja untuk keseimbangan bumi agar tidak goncang, namun segala apa yang di ciptakan Allah untuk bertasbih kepada-NYA dan agar selalu taat, 

18. Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi,” 
19. dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masingnya amat taat kepada Allah.” (QS. 38 : 18-19) 


Manusia adalah makhluk yang paling berakal karena mampu memebedakan mana yang benar dan yang salah, mana yang baik dan buruk. Keberadaan alam dan gunung adalah dapat memotivasi dan mencukupi kebutuhan spikologis bagi para pendaki gunung dan mereka yang berkegiatan di alam bebas, seperti kebutuhan akan pengalaman baru di alam liar, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk di akui oleh masyarakat dan bangsa. Mendaki gunung adalah salah satu sarana memenuhi kebutuhan kebutuhan itu. Namun kadang kita hanya sebatas mendaki gunung naik dan turun kembali hingga tidak sedikit orang dengan mendaki gunung hanya sebatas ingin tahu saja. Mensyukuri nikmat Allah tidak hanya dengan mendaki gunung, namun bagaimana kita bisa menjaga alam ini agar tetap lestari demi kelangsungan hidup generasi mendatang dan masih bisa di manfaatkan SDA dengan mudah dan murah. Manusia manusia yang serakah akan kekayaan alam hanya menggali dan ingin memiliki, sebagian mereka hanya rayah merayah kekayaan alam ini semua itu demi kepentingan kelompok kelompok tertentu bahkan demi kekayaan individu saja, hingga tidak menghiraukan akan kecukupan kebutuhan untuk generasi yang kan datang. Keserakahan manusia akan SDA nampak dengan realita menimbulkan kerusakan gunung dan alam bahkan menjadi bencana alam yang jelas merugikan manusia itu sendiri. Tidakkah sadar manusia manusia yang serakah akan SDA ini hanya untuk kepentingan dan kesenangan duniawi saja, 

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir” (QS. 10 : 24) 

Banyak terjadi bencana alam karena tidak ada keseimbangan ekosistem. Tidakkah kita sadar dengan adanya gunung meletus sebagai peringatan bagi kita manusia manusia yang serakah. Nampak banyak rusak binasa, yang sebelumnya terlihat hijau bumi yang indah dengan gunung gunung dan lembah lembah serta tertanam berbagai pohon pohon yang dapat kita petik buahnya dan segala hasilnya. Jika sudah tidak peduli lagi dengan kelestarian alam ini maka peringatan Allah tidak bisa kita hindarkan, apa yang bisa kita perbuat jika gunung telah menegeluarkan isi perutnya kepada kita, 

“dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu,” (QS. 77 : 10)
“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan” (QS. 73 : 14) 

Adanya persepsi alam dan manusia sebagai dua hal yang berbeda dan terpisah, akibatnya kerusakan alam tidak di anggap sebagi ancaman terhadap ekosistem manusia itu sendiri. Alam akan bersahabat dengan kita kalau kita bersahabat dengan alam, namun alam juga bisa menjadi malapetaka buat kita selama kita tidak pernah peduli dengan alam. Kerusakan alam sudah nampak di sana sini. Sebenarnya alam itu selalu bersabat dengan kita, hanya kita saja yang membuat alam menjadi marah dan memberi peringatan untuk kita akan perbuatan kita yang serakah dengan alam hingga tidak lagi peduli dengan kelestariannya. Manusia sombong dengan kekuatan dan kekuasaannya untuk memerkosa alam ini untuk menggauli gunung dengan seenak hati mereka, 

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (QS. 17 : 37) 
“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. 22 : 18) 

Sudah saatnya kita berintegrasi dan bergandengan tangan untuk melestarikan alam ini dengan menjaga kelestarinnya, menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat merusak alam. Setidaknya saat kita mendaki gunung bawalah sampah yang kita bawa untuk di bawa turun kembali. Dengan perbuatan kecil ini kita membuang sampah pada tempatnya adalah wujud kita menjaga dan melestarikan alam untuk penghidupan dan kelangsungan hidup generasi mendatang. Tidak menebang pohon secara liar bersungguh sungguh menjalankan sikap mental hidup yang ramah terhadap alam dan lingkungan. Setiap langkah kita untuk perjalanan mendaki gunung awali dengan niat baik dan dengan sikap mental positif. Maka keberadaan gunung gunung di alam ini akan menjadi penghidupan bagi seluruh umat manusia dan segala makhluk-NYA. Hingga saat kita mendaki gunung dengan  sukses sampai di puncak tetap menikmati hamparan pemandangan yang hijau dan indah. Selanjutnya untuk generasi mendatang masih bisa menikmati SDA demi SDM yang berproduktif dan bermanfaat. Dengan perseverasi yang tanggung jawab, maka gunung dan lembah masih akan tetap menjadi sumber kehidupan dan pemandangan Sebagai pengobat hati dan sadar akan kebesaran nikmat yang di curahkan Allah untuk kita semua, 

27. “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat”
28. “Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. 35 : 27-28)
[1258]. Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.


Alam itu jujur apa adanya, 
dan alam bekerja dengan caranya