Mitos Curug 7 Bidadari



Membaca namanya Curug  7 Bidadari tentunya sangat menajubkan dan menarik hati. Curug (air terjun/grojogan)  7 Bidadari “ wah.. fikiran kita seperti dalam cerita pewayangan 7 wanita yang cantik-cantik nan seksi ”

Curug  7 Bidadari terletak sekitar  9 KM dari Bandungan dan 7 KM dari Gedong  Songo, tepatnya berada di Desa Keseneng  Kecamatan Sumowono,  Kab. Semarang. Kawasan wisata ini ditemukan sekitar bulan April 2010 kemudian di bangun dengan swadaya masyarakat sekitar dan wakil Bupati Semarang pada waktu itu. Air terjun ini terbentuk dengan 3 tingkat, paling atas 1 air terjun, kedua terbentuk 2 air terjun dan yang paling bawah 4 air terjun saling bertdampingan. Masing-masing kedung memiliki kedalaman berbeda-beda, saya coba berenang didalamnya ada yang berkedalaman 7 meter dan ada yang kurang dari itu.

Air terjun ini hasil aliran sungai alami dari gunung Ungaran karena berada tidak jauh dari gunung Ungaran,  dengan suasana alam disekitarnya yang masih asri dan alami karena berada di bawah tebing yang atasnya hutan dengan berbagai tanaman rimba, sebelah timur hamparan sawah yang berbentuk terasiring yang indah nan hijau dengan ditananmi padi dan berbagai sayuran.


Disekitar lokasi juga disediakan Fasilitas seperti Gazebo untuk pertemuan, camping ground (bumi perkemahan), berbagai macam permainan out bond, mushola, toilet, tempat ziarah makam Kyai Mandung, area Parkir yang luas, dan berbagai macam fasilitas lainnya.
Berbagai macam cerita asal muasal adanya Curug  7 Bidadari ini, dari cerita nenek moyang dalam bentuk lisan “ karena dari beberapa sumber masayarakat sekitar dulunya air terjun ini adalah bekas proyek kincir air yang menghasilkan tenaga listrik ”

Dibagian atas curug 7 bidadari ada sebuah bangunan yang beda dengan yang lainnya, sebuah gubug berukuran sekitar 3 meter persegi dengan ditutup sekelilingnya dengan kain hitam. Di dalamnya terdapat sebuah batu berlubang berdiameter sekitar 60 cm dengan kedalaman antara lutut kaki orang dewasa. Yang menarik airnya jernih sekali dan menurut masyarakat setempat diyakini mempunyai kasiat bagi orang yang yakin dan percaya. Saya terheran meskipun bersebelahan dengan aliran sungai curug 7 bidadari kejernihan air itu berbeda.


Adanya Curug 7 Bidadari pada awalnya ditemukan sebuah batu besar yang berlubang yang dinamakan Kedung Wali, yang menurut cerita warga setempat ada kaitannya dengan pengikut  pangeran Dipenegoro. Kedung wali ditemukan pada 2 April 2010 saat warga membersihkan aliran Sungai Kali Banteng. Menyibak rerumputan yang ada, warga menemukan batu besar yang memiliki lubang menyerupai keong dan Sembilan batu unik bertuliskan arab. Warga meyakini  air dalam kedung wali itu yang katanya memiliki ’’tuah’’


Legenda Curug 7 Bidadari dicatatan SulukIndo - Kajian Strukturalis Levi-Strauss 
dalam Abstract

Legenda Curug 7 Bidadari merupakan cerita dalam bentuk lisan, maka tata cara penelitian yang dilakukan adalah melakukan wawancara dengan beberapa narasumber. Selanjutnya peneliti melakukan suntingan teks lengkap cerita dari berbagai narasumber. Teori folklor dalam penelitian ini digunakan untuk mengkaji cerita dari berbagai narasumber dengan mengandalkan ingatan informan, maka dengan adanya teori folklor dalam penelitian ini, maka cerita lisan Curug 7 Bidadari dapat tersusun secara ilmiah.
Strukturalisme adalah sebuah pemikiran yang menganggap bahwa segala sesuatu dibangun atas struktur elemen-elemen penyusunnya. Legenda Curug 7 Bidadari dalam penelitian ini direduksi menjadi elemen-elemen terkecil penyusunnya yang disebut mytheme. Relasi antar mytheme ini menunjukkan makna dari Curug 7 Bidadari yang dalam tataran lebih lanjut merupakan pesan-pesan kolektif pendahulu kepada generasinya.
Penelitian ini memperlakukan Legenda Curug 7 Bidadari sebagai cerita yang mengandung mitos sekaligus sebuah karya sastra. Curug 7 Bidadari sebagai karya sastra merupakan ekspresi masyarakat penciptanya, sedangkan sebagai sebuah mitos, legenda tersebut menyimpan nilai moral, ide-ide dasar, pandangan, cara penyelesaian konflik, dan cinta. Agar dapat diketahui maknanya, Curug 7 Bidadari diintrepretasi dengan budaya Jawa sebagai latar belakang pembentuknya.
Analisis strukturalisme, dapat diketahui bahwa Curug 7 Bidadari memberikan gambaran tentang kehidupan manusia di dunia, bagaimana menjalani kehidupan, terutama kehidupan berumah tangga yang berlandaskan cinta, dan bagaimana baiknya mencapai tujuan manusia di dunia.